BAB 5 Perilaku Menyimpang dan Sikap Anti Sosial - chorina study blog

lets smart together!~


Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

Kamis, 04 April 2019

BAB 5 Perilaku Menyimpang dan Sikap Anti Sosial

Hasil gambar untuk perilaku menyimpang dan sikap anti sosial



  1. A.    PERILAKU MENYIMPANG DAN SIKAP ANTISOSIAL

  1. 1.      Pengertian
Setiap masyarakat memiliki norma. Norma adalah ukuran mengenai perilaku yang dianggap baik. Norma memberikan petunjuk mengenai perilaku yang semestinya diikuti oleh warga masyarakat.
Ada dua kemungkinan sikap warga masyarakat terhadap norma-norma tersebut. Kemungkinan pertama, warga masyarakat bersedia menaatinya. Artinya, masyarakat berperilaku sesuai norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Sikap seperti itu disebut konformitas.
Tetapi, ada pula kemungkinan warga masyarakat tak bersedia menaati norma-norma tersebut. Disetiap masyarakat, selalu ada seseorang/sekelompok orang yang tidak menaati norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Tindakan orang/sekelompok orang yang demikian itu disebut perilaku penyimpang(deviance). Contoh, seorang laki-laki yang memakai bedak muka dan lipstik di tempat-tempat umum.
Perilaku menyimpang ada yang tidak berdampak buruk terhadap kehidupan bersama. Namun, ada pula yang berdampak buruk terhadap kehidupan bersama. Perilaku menyimpang yang berdampak buruk terhadap kehidupan bersama sering disebut perilaku antisosial. Perilaku yang tidak hanya menyimpang dari kebiasaan umum, tetapi juga merusak kehidupan bersama. Contoh : seorang siswa yang suka memeras teman-temannya. Ia tidak hanya berperilaku menyimpang, tapi juga antisosial.
Dengan demikian, perilaku menyimpang memiliki makna yang lebih luas daripada perilaku antisosial. Perilaku antisosial hanya merujuk pada perilaku menyimpang yang merusak kehidupan bersama.
Ada berbagai definisi yang dikemukakan para pakar sosiologi mengenai perilaku menyimpang, antara lain sebagai berikut.
  1. Perilaku menyimpang adalah penyimpangan terhadap kaidah-kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat. (Soerjono Soekanto)
  2. Perilaku menyimpang adalah pelanggaran terhadap norma masyarakat. (John J. Macionis)
  3. Perilaku menyimpang adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi. (James W. Van der Zaden)
  4. Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial, dan menimbulkan usaha dari mereka yang paling berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang. (Robert M.Z Lawang)
  5. Perilaku menyimpang adalah setiap tindakan yang dianggap menyimpang dari nilai moral atau norma budaya yang diakui oleh sebuah kelompok atau masyarakat. (Craig Calhoun, Donald Light & Suzanne Keller)
Berdasarkan berbagai definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa hakikat dari perilaku menyimpang adalah perilaku seseorang/sekelompok orang yang dianggap melanggar standar perilaku atau norma-norma yang berlaku dalam sebuah kelompok/masyarakat. Bisa pula dikatakan, perilaku menyimpang merupakan perilaku seseorang/sekelompok yang tidak menyesuaikan diri dengan kehendak umum masyarakat/kelompok.

  1. 2.      Beberapa Hal Penting
Perilaku menyimpang merupakan gejala sosial yang kompleks. Berkenaan dengan itu, setidaknya ada delapan hal yang perlu diperhatikan agar kita memiliki pengertian yang lebih utuh mengenai perilaku menyimpang. Kedelapan hal itu adalah sebagai berikut.
Pertamaseseorang dikatakan berperilaku menyimpang karena orang lain/masyarakat mengatakannya seperti itu. Sebenarnya, setiap orang pernah atau malah sering melanggar norma-norma yang ada dalam masyarakat. Bahkan mungkin pernah melanggar hukum. Misalnya, hampir semua karyawan pernah membawa peralatan kantor ke rumah, misalnya pensil atau bolpoin. Perilaku tersebut jelas merupakan pelanggaran norma. Namun karena tidak ada orang yang mengatakan bahwa perilaku tersebut merupakan perilaku menyimpang, maka apa yang dilakukan karyawan tersebut bukan merupakan perilaku menyimpang.
Kedua, standar perilaku masyarakat berubah-ubah dari waktu ke waktu. Karena itu, perilaku yang termasuk dalam perilaku menyimpang, berbeda dari waktu ke waktu.Perilaku yang dianggap termasuk dalam perilaku menyimpang pada masa lalu, belum tentu dianggap sebagai perilaku menyimpang pada masa kini atau masa sepuluh tahun mendatang. Contoh, pada masa lalu dua orang remaja, pria dan wanita, yang berjalan berduaan dianggap sebagai perilaku menyimpang, tetapi kini hal itu dianggap sebagai perilaku yang wajar.
Ketiga, standar perilaku masyarakat yang satu bisa berbeda dengan masyarakat yang lain. Karena itu, perilaku yang dianggap sebagai perilaku menyimpang oleh sebuah masyarakat, belum tentu dianggap sebagai perilaku menyimpang oleh masyarakat yang lain. Contoh. Kebiasaan orang dewasa minum alkohol di negara-negara Barat, tidak dianggap sebagai perilaku menyimpang. Tetapi, kebiasaan itu oleh kebanyakan masyarakat di Indonesia dianggap sebagai perilaku menyimpang.
Keempat, perilaku menyimpang bisa berupa tindakan kriminal. Dalam setiap masyarakat, ada standar perilaku tertentu yang dimasukkan sebagai aturan hukum. Sehingga, perilaku yang menyimpang dari standar perilaku tersebut dianggap sebagai perilaku kriminal. Contoh, perilaku mengambil harta milik orang lain tanpa izin (mencuri), membunuh orang lain, menganiaya orang lain, dan sebagainya.
Kelima, ada pelanggaran hukum yang bukan merupakan perilaku menyimpang.Patut diingat bahwa ada perilaku yang meskipun sesungguhnya melanggar hukum, tetapi tidak dianggap sebagai perilaku menyimpang. Jadi, perilaku tersebut telah diterima oleh masyarakat sebagai hal yang wajar. Contoh, sebagian besar pengendara mobil pada umumnya mengendara di jalan raya dengan kecepatan sedikit di atas batas kecepatan yang diperkenankan. Namun demikian, hal itu tidak dianggap sebagai perilaku menyimpang.
Ketujuh, masyarakat ada kalanya sangat mengecam beberapa perilaku menyimpang tertentu (misalnya: penyiksaan anak). Namun, bersikap biasa-biasa saja terhadap beberapa bentuk perilaku menyimpang lainnya (misal: rambut dicat dengan warna mencolok). Yang jelas, warga masyarakat yang gemar melakukan perilaku menyimpang biasanya akan diberi julukan/cap negatif tertentu oleh warga masyarakat lainnya. Julukan itu misalnya, seperti “orang aneh/gila”, “tuna susila”, “bajingan” atau “sesat”. Julukan tersebut membuat orang beranggapan bahwa mereka pada dasarnya berbeda dari orang kebanyakan.
Kedelapan, apa yang disebut perilaku menyimpang ada kalanya dibuat oleh penguasa untuk melindungi kepentingannya. Contoh, para pemilik perusahaan yang merugi, memilik hak untuk menutup perusahaan mereka, walaupun tindakan itu mengakibatkan ribuan pekerja kehilangan pekerjaan. Tindakan itu bukan merupakan perilaku menyimpang. Sementara itu, jika para pekerja melakukan demonstrasi dan menyebabkan kerusakan kecil pada lingkungan perusahaan, mereka dianggap telah melakukan tindakan kriminal.

  1. 3.      Jenis-jenis Perilaku Penyimpang
Perilaku menyimpang bisa dibedakan berdasarkan beberapa kriteria atau sudut pandang.

3.1.Berdasarkan Jenisnya
  1. a.       Penyimpangan primer (primary deviation) merupakan perilaku menyimpang yang pertama kali dilakukan. Perilaku ini bersifat sementara, tidak dilakukan secara berulang. Si pelaku pada umumnya tetap diterima secara sosial. Ini terjadi karena masyarakat bisa memaklumi penyimpangan tersebut. Contoh, seseorang yang karena sesuatu hal tidak ikut serta dalam siskamling bersama.
  2. b.       Penyimpangan sekunder (secondary deviation) adalah perilaku menyimpang yang merupakan pengulangan dari perilaku sebelumnya. Jadi perilaku menyimpang itu telah berulang-ulang dilakukan seseorang. Contoh, seseorang yang berulang-ulang mencuri (pencuri), seseorang yang berulang-ulang menipu (penipu). Masyarakat umumnya tidak bisa menerima secara sosial mereka yang melakukan perilaku menyimpang sekunder.

3.2.Berdasarkan Efek/Dampaknya
  1. a.       Perilaku menyimpang positif adalah perilaku menyimpang yang memiliki dampak positif. Biasanya penyimpangan ini merupakan sebuah inovasi yang memberikan perbaikan mutu kehidupan masyarakat. Contoh, emansipasi wanita oleh R.A. Kartini.
  2. b.       Perilaku menyimpang negatif adalah perilaku menyimpang yang memiliki dampak buruk terhadap kehidupan masyarakat. Sebagaimana telah disinggung dalam uraian di atas, perilaku menyimpang yang demikian disebut perilaku antisosial. Contoh, penggunaan narkoba.

3.3.Berdasarkan Bentuknya
  1. a.       Perilaku menyimpang yang bukan merupakan kejahatan adalah perilaku menyimpang yang tidak termasuk perbuatan pidana. Contoh: orang tua yang masih suka bermain kelereng.
  2. b.       Perilaku menyimpang yang merupakan kejahatan, (crime) adalah perilaku menyimpang yang diancam dengan sanksi pidana. Contoh: pencurian, penyiksaan.
  3. c.        Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah perilaku menyimpang yang umumnya dilakukan oleh kaum remaja. Contoh: perkelahian antarpelajar, penggunaan obat-obatan terlarang.

  1. 4.      Fungsi Perilaku Menyimpang
Pada umumnya perilaku menyimpang dinilai negatif oleh masyarakat. Demikian pula, menurut pandangan umum perilaku itu dianggap merugikan masyarakat.
Namun, ternyata menurut salah seorang pendiri sosiologi, Emile Durkheim (1895-1982), perilaku menyimpang bukanlah perilaku yang semata-mata tak normal dan melulu bersifat negatif. Menurutnya, perilaku menyimpang memiliki kontribusi positif bagi kelangsungan masyarakat secara keseluruhan. Durkheim berpendapat, bahwa ada empat kontribusi penting dari perilaku menyimpang, yaitu sebagai berikut.
  1. a.       Perilaku menyimpang memperkokoh nilai-nilai dan norma dalam masyarakat. Setiap konsep kebajikan merupakan lawan dari ketidakbaikan. Dengan demikian, tidak akan ada kebaikan tanpa ada ketidakbaikan. Karena itu, perilaku menyimpang sangat diperlukan untuk semakin meneguhkan moralitas masyarakat.
  2. b.       Tanggapan terhadap perilaku menyimpang akan memperjelas batas moral.Dengan menyatakan beberapa orang sebagai pelaku perilaku menyimpang, masyarakat memiliki kejelasan batas mengenai apa yang benar dan apa yang salah. Contoh, tindakan tegas yang dilakukan sekolah terhadap para pencontek akan mempertegas tindakan mana yang memiliki kejujuran akademik dan mana yang dianggap sebagai tidak jujur secara akademik.
  3. c.        Tanggapan terhadap perilaku menyimpang akan menumbuhkan kesatuan masyarakat. Masyarakat umumnya menindak perilaku menyimpang yang serius dengan tindakan tegas secara bersama-sama. Dengan demikian, masyarakat menegaskan kembali ikatan moral yang mempersatukan mereka. Contoh, ketika terjadi pemboman di |Kuningan, Jakarta, oleh para teroris, masyarakat dan aparat bersatu mengutuk dan berusaha menangkap pelaku pemboman tersebut.
  4. d.       Perilaku menyimpang mendorong terjadinya perubahan sosial. Para pelaku perilaku menyimpang akan menekan batas moral masyarakat, memberikan alternatif baru terhadap kondisi masyarakat dan mendorong berlangsungnya perubahan. Menurut Durkheim, perilaku menyimpang yang terjadi saat ini akan menjadi moralitas baru bagi masyarakat di masa depan. Sebagai contoh, pada zaman orde baru seseorang yang menyatakan ketidaksetujuan secara terbuka kepada pemerintah dianggap berperilaku menyimpang. Namun, sejak jatuhnya pemerintahan orde baru, keterbukaan merupakan salah satu perilaku yang dianggap penting dalam masyarakat.
Pendapat Durkheim tersebut didukung pula oleh Nachman Ben-Yehuda.Menurutnya, dalam masyarakat modern yang cenderung semakin plural, batas-batas nilai, norma, dan moralitas seringkali tidak jelas. Sebab ada berbagai sistem nilai, norma, dan moralitas yang saling bersaing. Batas-batas nilai, norma, dan moralitas selalu merupakan hasil “negosiasi” antara berbagai pihak yang saling bersaing. Dalam hal ini, adanya perilaku menyimpang akan mengarahkan terjadinya “negosiasi ulang” terhadap norma-norma yang ada dan mendorong terjadinya perubahan sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad